Ada doa yang bisa dihafalkan setiap kali antara tasyahud dan salam, yaitu berisi meminta ampunan pada Allah.
Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Adzkar, Bab Keutamaan Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir
(Hadits no. 1424)
وَعَنْ عَلِيٍّ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ يَكُوْنُ مِنْ آخِرِ مَا يَقُوْلُ بَيْنَ التَّشَهُّدِ وَالتَّسْلِيْمِ : (( اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، وَمَا أَسْرَفْتُ ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat, salah satu doa yang terakhir diucapkan di antara tasyahud dan salam (adalah), ‘ALLAHUMMAGH-FIRLII MAA QODDAMTU WA MAA AKKHORTU, WA MAA ASRORTU WA MAA A’LANTU WA MAA ASROFTU WA MAA ANTA A’LAMU BIHI MINNI, ANTAL MUQODDIMU WA ANTAL MUAKKHIRU LAA ILAHA ILLA ANTA’ (Ya Allah, ampunilah dosaku yang telah aku lakukan, yang belum aku lakukan, yang aku lakukan secara rahasia, yang aku lakukan secara tampak, yang aku melebihi batas, dan yang Engkau lebih mengetahui daripada aku. Dan Engkaulah Muqoddim –memajukan siapa yang Engkau kehendaki karena taat kepada-Mu, pen.–, Engkaulah Muakkhir –mengakhirkan siapa yang Engkau kehendaki dari ketaatan kepada-Mu, pen.–, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 771]
Penjelesan:
- Disunnahkan membaca doa di atas dalam rangka mendekatkan diri pada Allah, dibaca antara tasyahud dan salam.
- Istighfar setelah selesai melakukan ibadah diperlukan agar seseorang tidak merasa tertipu dengan amalnya sendiri.
- Dosa dan kekurangan sudah jadi kelaziman pada setiap orang. Untuk segala hal tersebut, setiap orang mesti bertaubat dan meminta ampun pada Allah.
- Ilmu Allah mencakup segala sesuatu. Allah mengetahui setiap amalan, perkataan, perbuatan hingga keadaan.
- Segala urusan itu di tangan Allah. Allah yang berbuat segala sesuatu sesuai kehendak-Nya. Allah yang meninggikan siapa yang Dia kehendaki. Allah yang merendahkan siapa yang Dia kehendaki. Allah tidaklah ditanya apa yang ia perbuat, namun manusia yang ditanya.
Allah Ta’ala berfirman,
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’: 23)
Referensi:
- Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm. 6:55.
- Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:453-454.
—
Diselesaikan @ Perpus Rumaysho, Panggang, Gunungkidul, Kamis pagi, 13 Shafar 1439 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com